Syaikh Ibnu Rajab pernah berkata bahwa tidak ada amalan hati yang paling berat melainkan ikhlas. Maka dari itu belajar mengenal ikhlas sangat penting, karena sebanyak apapun amal yang dilakukan jika tidak ikhlas tidak akan ada nilainya bagi Allah SWT.

Hal tersebut mengemuka pada kajian di Pondok Pesantren Al Hilal 3 pada Minggu (09/02/2020) di Jalan Sarikaso nomor 12, Bandung. Pada kesempatan tersebut kajian dipimpin oleh Ustadz Saefuddin Abdul Fatah, pimpinan Pondok Pesantren Daarul Ihsan.

 “Belajar ikhlas itu penting, karena kegagalan dalam berikhlas bisa saja terjadi di awal, di tengah, atau di akhir.” Ujarnya.

Maksud dari kegagalan di awal, ustadz yang biasa disapa Ust. Aef menjelaskan dengan contoh yang mudah diterima oleh para jamaah pengajian ibu-ibu. Misalnya seperti meniatkan mengikuti kajian karena malu, itu sudah bisa dianggap gugur keikhlasannya.

Pada kesempatan tersebut, Ustad Aef memberikan tujuh cara cerdas menjadi ikhlas. Yang pertama merahasiakan amal. Seperti halnya dalam hadits Muslim riwayat Bukhari terdapat potongan hadits yang berbunyi,

“Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan ‘Arsy Allah ta’ala dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan Allah Ta’ala, yaitu: … Seorang yang bersedekah dan dia sembunyikan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.”

Kemudian Ust. Aef melanjutkan cara yang kedua yaitu abaikan manusia, maksudnya jangan berharap penilaian dari pandangan manusia. Beliau mengingatkan kisal Lukmanul Hakim bersama anaknya saat berpindah dari satu desa ke desa lain menggunakan keledai. Dari cerita tersebut dapat terlihat bagaimana manusia memandang seseorang tidak selalu dalam pandangan yang baik.

Dilanjutkan cara ketiga yaitu menyepelekan amal-amal yang sudah dilakukan. Amal bukanlah penjamin seorang hamba masuk syurga, karena yang lebih banyak menjadi penjamin ialah rahmat Allah SWT seperti dalam hadits, “Tidak akan memasukkan ke surga amal-amal kalian, kecuali Allah meliputi rahmat-Nya.”

Cara keempat yaitu melupakan amal, setelah melakukan amal-amal baik usahakanlah untuk segera melupakannya. Hindari sifat dan sikap takabur terlebih sifat ujub. Selanjutnya mengharap pahala, dalam poin ini Ust Saefuddin menceritakan kisah Rabiatul Adawiyah dengan sajaknya yang paling terkenal akan kecintaannya kepada Allah. Ustadz Aef melanjutkan cara keenam yaitu harus takut ditolak. Dan cara yang terakhir berdoa agar diberikan keikhlasan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Kajian ini ditutup dengan pengenalan program keberlangsungan Pondok Pesantren Al-Hilal 3 untuk anak-anak yang ada di lingkungan masyarakat, dilanjutkan dengan sesi foto bersama para jamaah ibu-ibu. Ustadz Arif Rahman Hakim berharap kegiatan pengajian ini dapat terus menjadi ajang silaturahmi antara Penguru Pondok dengan masyarakat dan Wali Santri.

“Anak itu lebih sering dengan orangtua. Oleh sebab itu perlu ada hubungan baik antara orangtua dan ustadz demi keberhasilan tujuan bersama yaitu pengajian Al Quran dan penghafal Al-Quran. Dari pengajian ini diharapkan dapat menjadi wasilah terhubungnya tali silaturahmi antara kita semua.” Tuturnya. (Siti Fatimah/rep)

×