Al hilal itu suatu pesantren yang dirintis sejak 2002. Saya masih ingat sekali tahun 2002 itu awalnya adalah sebuah rumah peninggalan nenek. Kemudian kami sekeluarga memikirkan rumah nenek ini untuk apa.
Kita fikirkan hasil diskusinya yuk kita jadikan semacam TPA atau tempat pengasuhan anak yatim.
Tahun 2002 idul adha. Kegiatan pertama Al Hilal. Waktu itu masih belum ada Namanya. Kita mengadakan Qurban 2 ekor domba hasil dari penjualan obat penguras sepiteng. Keuntungannya alhamdulillah bisa qurban 2 ekor, setelah qurban mulai mencari Anak Yatim di sekitar rumah nenek.
Kata kepala desa ada 146 anak yatim (ayahnya meninggal). Waktu itu membiayai anak yatim 5 orang hanya di beri beras 1 karung dan uang 1 kali dalam sebulan. Uang hasil usaha dari keluarga.
Tahun 2003 ada teman-teman dan orangtua mulai ada sumbangan. Masih sedikit dan sebagian besar dari usaha keluarga.
2003-2006 istiqamah 5 anak untuk pengajian dan santunan untuk biaya hidup dan sekolah
2006 buat TPA di rumah bilik, separuh bilik separuh tembok.
Kemudian bikin TPA setiap habis maghrib. Jumlah santri 20-15 orang anak tetangga.
Tahun 2009 awal mulai kurang lebih sekitar 40. Mulai mikirin kita bangun atau bagaimana. Kemudian diskusi dengan bapak saya.
Waktu itu tahun 2009 januari, menerbitkan al quran pertama kali. Mendapatkan untung 90 jt. Kemudian memutuskan untuk membangun ulang sebuah pesantren. Waktu itu kepikiran 1 lantai atau 2 lantai ya, “ah kayanya 1 lantai saja ga mungkin kita akan lebih besar.”
Kita bangun dengan asumsi 1 lantai dari hasil penjualan Al Quran Jabal. Santri setelah tempatnya bagus ternyata yang daftar lebih banyak.
Tahun 2009 terus bertambah hingga 50. Bapak saya kaget, walaupun dana hanya cukup 1 lantai.
2009-2013 disana terus jumlah santri 150. Sampai kita silaturahmi ke tetangga karena takutnya terganggu, tetapi karena kita focus menghafal al quran jadi tetangga mempersilahkan kadangkala halaman rumah dipake.
Tahun 2010, waktu perjalanan 2,5 jam. Dulu seminggu sekali, lalu kenapa kita tidak buka lagi pesantren anak yatim yang dekat dengan rumah. Puasa tahun 2010 ba’da subuh saya jalan-jalan ke rt 4, wilayah yang sangat jarang dikunjungi. Di rt 4 itu ada tulisan rumah dijual. Rumahnya jelek tapi di bagian belakang 2 lantai, pasti mahal rumahnya. Sampai saya berulang-ulang kali melirik rumah tapi tidak berani masuk karena takut mahal tiba-tiba ada ibu2 keluar mengajak untuk melihat rumah.
“Eh pak mau liat rumah ya, sini masuk.”
“Ah nggak bu cuman mau lihat-lihat saja.”
Eh gapapa, masuk aja masuk.
Kemudian saya memberanikan diri untuk masuk lalu dikenalkan dengan anggota keluarga yang lain. Lalu melihat-lihat ruangan. Lalu bertanya harganya 250 juta. Ibu itu menyuruh saya untuk menawar. Belakangan saya baru tau kalau rumah itu dijadikan sebagai jaminan di BRI. Karena saya dalam posisi tidak memiliki uang, jadi saya tawar 100 juta.
“Ibu maaf saya nawar nekat, ibu marah gapapa, saya nawar 100 juta.”
Mendengar hal tersebut, sontak ibu pemilik rumah mengkerut, “Ga mungkin lah 100 juta.” Naikin lagi lah. Yaudah deh minta no nya.
Kemudian pamit, kemudian nanya rumahnya dimana di RT 1.
Akhirnya saya pulang sampai jam 07 pagi. Lalu pada jam 10 di telepon oleh ibu pemilik rumah menawarkan 220 juta. Lalu habis dhuhur datang ke rumah, nawarin “udah deh pak biar jadi 200.” Nah saya kan malu juga akhirnya saya naik 110 120.
Kemudian habis maghrib ibunya datang lagi, udah deh biar jadi 150. Turunnya banyak ya, saya masih bertahan 120. Saya minta pertimbangannya.
Akhirnya saya tawar 130, jam 9 malem nelpon lagi. Bu harga nya 130. Iya pak deal pak, transaksinya besok, baru dia ngaku bahwa rumah itu jadi sitaan bank, dan saya bilang ya udah bu saya urus.
Karena itu menjelang lebaran, setelah lebaran saja, akhirnya tertunda dengan DP 10 juta. 5 hari setelah lebaran ngambil sertifikat + bayar. 130 juta bersih, biaya notaris saya yg nanggung.
Singkat cerita. Akhirnya jadilah punya rumah di cibiru diputuskan untuk pondok 2 cibiru. Luar biasa takdir Allah punya keinginan dan digerakkan hatinya pergi ke rt 4 harga dari 250 sampai 130 juta. Meskipun rumahnya dalam kondisi yang kurang bagus. Langsung melakukan pengajian di rumah orang tua.
Jadi selama kurang lebih rumah itu di isi kegiatan oleh anak-anak, diadakan pengajian di rumah orang tua selama 6 bulan. Mencari anak yatim di sekitar rumah rw 14 dan 15. Sama seperti di cicilin 5 orang. Bedanya ngaji setiap seminggu sekali dan dikasih uang dan beras agar mereka termotivasi selama 6 bulan.
Ditengah-tengah pengajian itu awalnya mau pindah, tapi rumahnya perlu dirapihkan setelah hitung dan periksa bahkan manggil kontraktor. Pak mending dibangun ulang biar lebih murah. Kemudian bapak saya jangan lah, nanti diawasin sama bapak biar ada kerjaan karena sebentar lagi pensiun.
Akhirnya kita cari tukang 6 orang di sumedang. Akhirnya kita putuskan untuk bongkar total kecuali bagian belakang. Karena bagian belakang itu 2 lantai.
Setelah 3 bulan dibeli, barulah rumah itu dibongkar. Pengajian tetap berjalan di rumah saya. Nah rumah itu dibangun kurang lebih 9 bulan. Jadi pengajian dirumah 1 tahun. itu dari keuntungan penjualan al quran jabal. 2009 bisa bangun pondok 1 Cililin, 2010-2011 untungnya bisa bangun pondok 2 Cibiru. 2010 akhir dan 2011 awal mulai diadakan pengajian di pondok 2 cibiru.
2011 awal pengajian di pondok cibiru. Saya dapat kunjungan dari Yayasan Nurul Hayat Surabaya. Pada awalnya Yayasan itu mau membeli al quran, tapi saya terinspirasi banget dengan Pak Heri.
Pak Heri Latif awalnya ingin membeli al quran. Lalu saya datang kesana, akhirnya habis maghrib di sebuah kamar yang kecil menelepon teman saya untuk menjadi pemimpin dan ingat Iwan Setiawan,
Nurul hayat itu masih kecil dulunya, dan saya ditempatkan di kamar yang kecil tapi nyaman.
“Mas iwan kita ingin bikin Yayasan yang professional. Saya jelasin apa yang saya lakukan sejak 2002 sampai 2011. Mas iwan sudah tau apa yang saya lakukan, tapi saya ceritakan singkatnya.”
Kita sama-sama berdua bikin Yayasan dan belum ada Namanya masih pengajian dan panti asuhan. 3 hari di Surabaya. Pembicaraan kurang lebih setengah jam. Tiga hari kemudian saya pulang, saya menceritakan panjang lebar. Dan mas Iwan harus punya tim dan waktu Pa Iwan mengajak Temannya yaitu kang Handri.
Ngobrol lah kita bertiga, kita bikin lah sesuatu mengurus panti asuhan.
Ditarik lah 4 orang lagi alumni SSG DT ( Santri Siap Guna) . 4 orang itu yaitu kang Supri, kang Febi, kang Andri, dan kang Agus. Kemudian kita mencari tempat. Ke kopo, surapati core, kemana-mana. akhirnya menyewa rumah di gegerkalong. Bahkan waktu itu kita hampir menyewa rumah di kopo di perumahan sukamenak.
Tahun 2012 resmi didirikan kantor Al Hilal. Lalu akhirnya membuat pondok 3 Gegerkalong untuk diadakan pengajian dan kegiatan santri ANAK YATIM.
Setelah bangun pondok 2 Cibiru kita memutuskan untuk bikin badan hukum, dibuat sebelum pondok 3 sekitar tahun 2012. Itu awal kita bikin Yayasan al hilal. Tahun 2012 bingung nama yayasannya apa?
Sejarah nama Al-Hilal
Bani Abasiyah, awal dinisbahkan bukan oleh pimpinan pertamanya bani abasyiah tapi dinisbahkan kakek buyutnya yaitu ibnu abbas. Ketika bani umayah setelah khalifah ali kemudian anaknya dan ditumbangkan oleh umayyah. Itu didirikanlah kekhalifahan bani umayyah.
Waktu itu bani abbas merasa bani umayyah tidak sesuai dengan ajaran islam. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun tidak bisa berbuat apa-apa tapi dia melihat sekelilingnya. Yang dia lakukan adalah menceritakan visi misinya ke anaknya. Dia ingin menumbangkan bani umayyah tapi tidak punya kekuatan. Kemudian menceritakan kepada anaknya jika dia punya kemampuan harus menumbangkan bani umayyah.
Anaknya menyampaikan visi misi sampaikan kepada anaknya konon sampai ke 14 generasi. Bisa terlaksana, bani umayyah ditumbangkan oleh seseorang ini visi misi dari kakek buyutnya kemudian mereka menyebutkan bani abasiyyah walaupun tidak lebih baik dari bani umayyah.
Namun bukan itu yang diambil hikmahnya. Tetapi saat kita melihat fenomena saat ini dan tidak sanggup merubahnya kita sampaikan ke anak kita. Mudah-mudahan anak kita bisa melakukan perubahan dan seterusnya.
Kalo belajar dari bani abasiyyah ini baru bisa 14 generasi. Dan diberi nama lah Hilal, nama anak saya. Karena saya yakin meskipun saya tidak dapat menyelesaikannya semoga dapat diselesaikan oleh anak saya. Kemudian notaris inisiatif sendiri Al Hilal Rancapanggung. Mungkin suatu saat bisa diganti.
Diantara tahun 2012-2017 an ada satu cerita yang terlewatkan. Jadi kita sempat bikin 4 pondok yang bekerja sama dengan pihak lain lalu karena dianggap tidak efektif dan kurang tenaga kerja akhirnya kita tutup. Jadi sempat punya 4 pondok, di Ciparay, Cimahi, Banjaran, dan Dago. Tersisa lah 3 pondok
Dipertahankan dan yang mukim di Cililin. Di Cicilin itu rumahnya kecil, mau bangun yang besar itu ga ada lahan. Akhirnya Tanah kepala desa dijual dan bersertifikat hargnya 110 juta 1000 meter lebih. Tanahnya sudah rata dan bagus tapi kita tidak berani bangun pondok disana. Pengajar kita Ust Arif. “Pak kita bikin pesantren yuk yang mukim”. Ustad arif ini ngajar sore di Al Hilal, pagi siang malem di tempat lain.
Kemudian saya bilang, “Ustad saya mungkin bisa bangun, tapi yang kelola siapa.” Kemudian ustad arif menawarkan diri. “antum nanti tinggal disana loh.” Iya saya berani.”
Akhirnya bismillah, dari keuntungan jabal mampu beli tanah kurang lebih 1400 meter plus dibangun. Nah ketika proses bangun itu mulai banyak yang nyumbang. Pembangunan itu karena diawasi langsung oleh orang tua saya 600 juta.
Tapi menurut saya ada 100 juta yang tidak dicatat, misalnya beli besi pakai uang pribadi dan tidak usah dicatat.
Saya masih was-was, akhirnya kang Supri tinggal di cililin. Mas iwan selama setahun ngantor disana. Kemudian setelah terbangun organisasinya, Mas Iwan dan Kang Supri kembali ke Gegerkalong.
Kita beli lahan sekitarnya, harganya 4 kali lipat. Dulu daerah belakang pasar sepi sekali, kita beli sebelah kanannya, dan yang ketiga keempat harganya 2 kali lipat. Semuanya takdir Allah. Samping kanan pondok itu ada sawah. Pada tahun 2018 terbeli tanahnya 6000 meter. Saya berharap bisa 1 hektar.
Selama bertahun-tahun itu temen-temen menyarankan menjadi lembaga amil zakat. Kalau ada yang nyumbang kita terima tapi bukan minta-minta. Saya baru memutuskan untuk menjadi lembaga amil zakat itu pada tahun 2018. Gara-gara lihat selembaran di Salman “Rumah Amal Salman sebentar lagi akan menjadi amil zakat tingkat provinsi.” Berarti belum, sebesar ini belum. Kemudian saya bilang ke pak Iwan untuk menjadi amil zakat dengan kenalan di Baznas. 7 bulan memenuhi aturan baznas di survey beberapa kali. Akhirnya kita bulan maret 2019 resmi menjadi amil zakat tingkat provinsi.
Kemudian, sekalian juga lembaga badan wakaf. Akhir 2019 desember kita mengurus dari bulan Februari, kemudian desember pas wakaf resmi menjadi lembaga ditunjuk oleh pemerintah menjadi lembagai nadzir uang. Sehingga kita berhak menerima wakaf uang. Sekarang sedang kita urus di ijin pesantren.
3 pesantren ini akan tetap dipertahankan, ada ide juga untuk membuat pesantren putri. Tapi saya tidak memaksakan. Di cililin itu pesantren khusus putra, putra-putri itu tidak boleh berdekatan. Kalau belajar dari gontor 80 tahun kemudian baru ada santri putri. Jaraknya 100 kilo dari putra.
Dari awal kita sudah mengkader, sejak tahun 2013 2014 adik saya sudah dikirim ke gontor putri, keponakan di gontor putri juga. Sudah lama kita rancang, kalau untuk putri sedikit unik untuk pengajarannya.
Visi misi kita adalah membuat pesantren anak yatim yang syukur-syukur bisa seperti gontor. SMP di pesantren al hilal, lulus pesantren ke gontor ada 8 orang. Tapi kita terus belajar-belajar dan mencari yang terbaik.
SMP di Alhilal, SMA di gontor kalau sanggup kita kirim ke Universitas Al-Azhar. Kalau dia tidak bisa dikirim dari pemerintah bisa melalui swasta. Cuman kita tidak memaksakan kalau anak-anak nya tidak sanggup maka tidak akan memaksakan. 5 tahun di gontor. Setelah di al azhar mesir itu merupakan generasi kedua. Bayangan saya penerus ini yang akan meneruskan al hilal. Semampunya kita lah kalau ada dana kita lanjutkan.
Pertama dari hal yang terkecil, dari diri sendiri, dan dari sekarang juga. Semampunya.
Kalau temen-temen tidak bisa sedekah tidak apa-apa, tetapi jangan menyakiti orang, jangan berbuat dzalim, jangan nipu, jangan ngambil uang orang. Tidak perlu pencitraan.
Alhamdulillah yang tercatat 365 santri. 250 santri tahfidz, 50 yatim, 30 mukim, dan 8 di Luar Pesantren (Gontor, Baitul Hidayah dan Albasyariah ).
Sekarang kita lagi bangun masjid, mudah-mudahan 2021 selesai. Setelah itu kalau bisa jangan terputus kita bangun masjid lagi.
Pengalaman Bisnis
Keyakinan itu dibagi menjadi 3. Yang pertama ilmul yakin (pengetahuan karena ilmu) contohnya disana ada pohon kelapa karena dia melihat ciri-ciri pohon kelapa.
Kedua ainul yakin, apa yang dia rasakan. Dia datang kesitu dia memegang dan melihat dengan dekat.
Ketiga hakkul yakin, dia ketiban pohon kelapa udah mantep lah bahwa itu bener pohon kelapa.
Ketika meyakini sesuatu, kita sudah sampai mana keyakinannya. Misalnya zakat dan sedekah. Untuk mencapai hakkul yakin itu harus dilakukan berkali-kali terus, zakat infak shadaqah wakaf. Mungkin teman-teman merasakan baru ilmul yakin dan dilakukan terus menerus sampai hakkul yakin. Untuk mencapai level haqqul yakin kadang kala kita harus melaksanakan nya berkali-kali dan berulang-ulang sampai kita sudah merasakan bagaimana manfaat apa yang kita rasakan.
Ini adalah pengalaman saya boleh jika teman-teman tidak sepakat dengan pengalaman saya. Jujur saya sering di tipu sama orang orang yang berpenampilan alim atau orang orang yang banyak berbicara tentang agama kemudian cerita tentang keislaman.
Hati hatilah, jika ingin berbisnis atau kerjasama dengan seorang yang selalu menonjolkan kealiman, dan selalu pamer kesalahan waspadalah. Kemudian selalu pamer ayat-ayat Al-Qur’an untuk membenarkan dan berbuat baik tapi bukan pada tempatnya dan bukan pada orang lingkup bisnis .
Hati-hatilah bisnis itu memang kejam . Saya sering ketipu. Sekali lagi ini hanyalah pengalaman saya jangan terlalu percaya kepada orang – orang yang pebisnis selalu membeberkan ke aliman yang latar belakang nya bukan ustad. Jadikan agama itu sebagai landasan kekuatan bagi kita.
Penulis:
Nafisah Samratul
Content Writter at Pesantren al-Hilal