Pesantren Al Hilal – Diceritakan ada salah seorang nabi Bani Israil yang tak diketahui dengan pasti waktu pengutusannya. Nabi tersebut diutus setelah Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, tetapi sebelum Nabi Zakariya dan Yahya. Nabi tersebut bernama Sya’ya Ibn Amshaya.
Dalam buku berjudul Kisah para Nabi oleh Ibnu Katsir (2015), Muhammad Ibn ishaq mengatakan Sya’ya Ibn Amshya tinggal di Baitul Maqdis. Wilayah tersebut dipimpin oleh seorang Raja bernama Hizqiya. Raja itu sangat patuh dengan Sya’ya dengan memegah teguh perintah dan menjauhi larangannya.
Suatu ketika, raja tersebut diberikan musibah berupa sakit. Badan-badannya muncul bisul-bisul. Sementara itu, ada kabar Raja Babilonia sedang dalam perjalanan menuju Baitul Maqdis. Ia membawa lebih dari 6.000 pasukan.
Kabar tersebut membuat rakyat panik sekaligus terkejut. Kemudian, Raja Hizqiya bertanya kepada Sya’ya apa yang harus dilakukan.
“Apakah sudah datang wahyu kepadamu dari Allah wahai Sya’ya,” tanya raja itu.
Sya’ya menjawab belum. Ia mengatakan, Allah belum memberikan wahyu tentang cara menyelesaikan masalah itu. Selang beberapa waktu, kabar bahagia itu datang kepadanya.
Sya’ya kemudian berdoa dengan menghadap arah kiblat. Ia sambil salat, bertasbih, dan menangis. Ia tunduk dan berserah diri kepada Allah dengan penuh kesabaran seraya berdoa.
“Ya Allah Tuhan segala Tuhan, wahai Engkau yang Maha Pengasih lagi Maya Penyayang, wahai Tuhan yang tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. Ingatkanlah aku pada amal perbuatanku dan kebaikan keputusan terhadap Bani Israil. Semuanya berasal dariMu, Engkau lebih mengetahui semuanya daripada aku sendiri, segala hal yang rahasia dan nyata pada diriku adalah milikMu,” ujar Sya’ya.
Kemudian Allah mengabulkan doanya dan merahmatinya. Allah menurunkan wahyu agar Sya’ya menyampaikan kabar gembira. Allah berkenan menunda ajal Rajanya hingga lima belas tahun lagi. Bahkan, Allah menjauhkan wilayah itu dari gangguan Babilonia. Lalu, penyakit raja tiba-tiba menghilang.
Setelah mendapatkan wahyu itu, ia kembali bersujud seraya berkata:
“Ya Allah Engkau yang memberi kerajaan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki dan mencabut kerajaan itu dari siapa saja yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang memuliakan seseorang dan Engkau jualah yang menghinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. Engkau mengetahui segala hal yang gaib dan nyata. Engkau yang Maha Awal dan Maha Akhir. Engaku jualah yang menganuegarahkan rahmat dan mengabullkan doa orang-orang,”.
Dikatakan Allah mengabulkan permintaan Sya’ya karena keikhlasannya baik dalam berdoa maupun setelah menerima wahyu.
Penulis:
Finna Efrilla Suseno
Content Writter at Pesantren al-Hilal